Sunday, November 11, 2007

Busway N Macet

Hari-hari belakangan ini, kalau kita lihat program berita di tivi-tivi, terutama tivi Jakarta kayak O'Channel or JakTv, kita bakalan liat cerita tentang busway n macet.

Busway oh busway...
tranportasi yang katanya bebas macet, nyaman, aman dan murah ini
telah menuai berbagai macam kontroversi. Dari awal pembangunannya saja, sekitar tahun 2000, banyak sekali pro dan kontra. Ada yang menerima ada juga yang menolak dengan berbagai macam alasan. Namun, akhirnya proyek busway tetap berjalan.

Kini, pro dan kontra hilang seiring dengan berjalannya busway koridor I dan II dan III. Mau tidak mau, suka tidak suka, kehadiran busway memang sangat membantu bagi orang-orang yang berkantor di Sudirman, Thamrin, dan kawasan Kuningan. Ada beberapa alasan:
1. cepat. Ga perlu potong gaji karena terlambat
2. nyaman. Baju, sepatu, rambut masih tertata rapih. Bayangkan jika harus naek bis kota,
kita pasti ditumpuk kayak ikan sarden
3. Aman. Ga perlu takut sama copet

Alhasil, busway pun jadi transportasi idaman para pengantor. Tapi, kini busway kembali menuai kontoversi.
Pasalnya, terdapat pembangunan beberapa koridor secara bersamaan. Salah satunya di Metro pondok Indah (PI) dan Jl.Panjang. Akibatnya, jalan menyempit dan mengakibatkan kemacetan yang luar biasa, terutama pada office hour. Secara pribadi, gue sih setuju-setuju aja dibikin busway. Tapi, jangan semua jalan dibangun koridor busway dongggg. Di Jakarta, tidak semua jalan selebar jalan Thamrin or Sudirman. Tanpa ada pembangunan koridor pun, jalan Metro PI emang biangnya macet. Jalanan selebar kurang lebih 6 meter tidak mampu lagi menampung volume kendaraan yang memang tidak sedikit itu. Sekarang, jalan yang seharusnya mampu memuat 4 jalur itu dipotong menjadi 2 jalur. Akhirnya, banyak pengguna jalan yang males lewat situ, putar jalan ke arah Warung Buncit. Penumpukkan pun terjadi. Dari perempatan Cilandak hingga mampang prapatan macet cenderung parkir. Sampe-sampe motor pun ga bisa nyempal-nyempil. Begitu pula yang terjadi di Jalan Panjang, dan jalan-jalan lain yang dalam tahap pembangunan koridor busway. Karena jalan biasa macet, jalan tol pun ikut-ikutan macet.

Menurut gue sih, kalo jalan sempit yah jangan dibangun busway gitu loohhh. Lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Sampai harus ngebabat daerah hijau segala. Kalo untuk central-central bisnis distrik seperti Sudirman, Thamrin, Kuningan, kehadiran busway memang sangat bermanfaat. Tapi, untuk daerah pemukiman kayaknya ga perlu. Apalagi seperti PI, yang penduduknya notabene punya mobil. Ga perlu kaleee ada busway. Kalo ada yang bilang, kita perlu transportasi murah, masih banyak angkot n bis kota yang berseliweran. Kasian, kalo semua trayek diganti busway. Para supir n kernet angkot n bis kota dapet uang dari mana. Bisa-bisa pemasukan mereka berkurang benyak karena terkalahkan keperkasaan busway.
Dalih bapak Gubernur, kalo ga ada busway, jakarta bakal macet total pada 2014.
Tapi, apakah busway merupakan solusinya? kalau gue pikir sih engga. Memang benar harus diciptakan sebuah transportasi umum yang cepat, nyaman dan aman. Sehingga masyarakat lebih prefer menggunakan trasportasi umum dibanding mobil pribadi. Tapi, saat ini masyarakat jakarta belom siap. MAsih banyak orang yang lebih suka memakai mobil pribadi. Alasannya sederhana, pakai mobil lebih nyaman. Apalagi kalo kena macet. Menikmati udara sejuk dari AC mobil menjadi satu-satunya pilihan. Meski ada busway sejak 5-6 tahun lalu, volume kendaraan di Jakarta malah semakin meningkat setiap tahun. Jadi, masalahnya bukan di transportasi umum.



Pertama, kepemilikan mobil harus dibatasi, entah bagaimana caranya. Ga mungkin sih, tidak boleh ada penjualan mobil. Mungkin, satu rumah bisa dibatasi dengan hanya memiliki satu mobil saja. Atau, mobil jangan dipakai pada weekday, hanya pada weekend atau pada saat keluar kota saja. Pada weekday orang2 diharuskan naek tranportasi umum spt busway.
Kedua, tertibkan angkot dan bis kota. Jangan menurunkan dan menaikkan penumpang di sembarang tempat. Tidak boleh ngetem sembarangan. Bis atau angkot hanya boleh berhenti di tempat yang sudah disediakan. Misalnya Halte. Penumpang juga tidak boleh nyetop sembarangan. Mereka harus terlebih dulu ke halte. Kalau haltenya agak jauh, yah jalan aja sedikit. itung-itung olehraga. Daripada bikin koridor busway lebih murah bangun halte deh kayaknya. Hal itu juga bisa mengajarkan masyarakat untuk disiplin. kalau ada yang langgar, mesti disangsi.
Ketiga, berilah teladan kepada masyarakat. Coba sekali-kali Fauzi Bowo dkk naek transportasi umum (busway) dari rumah ke kantor. Jangan hanya berkoar-koar meminta masyarakat meninggalkan mobil pribadi, sementara dirinya dan beberapa pejabat daerah enak-enakan naek mobil mewah. Kalau disurvey, banyak orang yang berkeluh kesah soal pembangunan busway ini. Kalopun ada yang setuju, gue pikir itu sih pendukungnya Fauzi Bowo. Hehe...
Kalau Fauzi Bowo bilang, ini semua demi masyarakat Jakarta. Tanya dong, masyarakat jakarta setuju ato engga. Kalo banyak yang ga setuju, lantas dia bangun (busway) buat siapa. Bukankah, Fauzi Bowo dipilih untuk mengabdi pada masyarakat. Kalau begini masyarakat mana yang diabdinya?

Jadi, mending kaji ulang kebijakan pembangunan busway. Cari solusi lain. Setidaknya, bikinlah survey dulu untuk mengetahui keinginan masyarakat Jakarta. Betulkah mereka membutuhkan busway hingga ke pelosok-pelosok perumahan? gue pikir koridor yang sekarang sudah cukup.




























No comments: