Thursday, April 24, 2008

Pohon Apel dan Anak Laki2

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu . Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih . “Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.”Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang . “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal . Maukah kau menolongku?” Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah.

Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.”Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel.”Aku sedih ,” kata anak lelaki itu.”Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”
“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat ,” kata pohon apel.”Sekarang , aku sudah terlalu tua untuk itu ,” jawab anak lelaki itu.”Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu . Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang ,” kata anak lelaki .“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu .” “Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.” Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.
Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Pohon apel itu adalah orang tua kita.Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Thursday, April 17, 2008

Hari ini pake baju apa yaaaa?

Setiap pagi pasti bingung. Sehabis mandi pasti berdiri lama di depan lemari baju. Pake baju apa ya hari ini? 5 menit, 10 menit, 15 menit berlalu. Baju satu dipakai, ganti lagi, ganti lagi... semuanya kok terasa tidak pas ya?

Dalam usia kehamilan 5 bulan, gue ngerasa semua baju ga pas. Mau pake baju hamil, tapi kok kayaknya masih kegedean ya. Mau pake baju yang dulu, kok rasanya nyesek sih. Dalam hal ukuran perut sih, baju lama masih oke-oke aja dipake tapi yang jadi masalah di dada itu lohhh. Secara kalo lagi hamil payudara masih lebih besar dari ukuran normal. Alhasil, semua baju waktu jaman blom hamil terasa sempit di dada. ketat banget boooo...

Memamg masih ada beberapa baju yang muat, tapi sebagian besar kayaknya dah ga bisa dipake, seperti kemeja, blous, atopun baju panjang muslim yang dulu ngepas di badan. Yang dulu gede2, alhamdulillah masih bisa dipake meskipun di dada agak sesak. he... Sebenernya dah beli beberapa baju hamil. pengennya sih beli beberapa lagi, tapi banyak orang menyarankan sebaiknya jangan banyak2 beli baju hamil. Soalnya, nanti kalo dah lahiran kan ga kepake lagi. misua setuju banget sama pendapat itu (secara dia aja gitu yang beliin baju. hihi...). Tapi, mau gimana lagi, gue dah ngerasa ga nyaman. masa gue mo pake baju misua. idihhhh.... ga banget dehhhh.

Rencananya gue pengen beli baju hamil yang multifungsi. Artinya, bisa dipake pas hamil n sesudah lahiran. Kan ga mubazir tuh. Trus, gue juga pengen nyari baju-baju hamil yang ga kayak ibu2 (harus yang modis :D). Misua: "udah mau jadi ibu kok ga mau keliatan kayak ibu2." Eiitttt.... jangan salah. meski dah mau punya anak tapi kan bukan berarti gue harus sudah terlihat kayak ibu2 banget, secara gue juga masih muda getoooo lohhhh.

Gue dah hunting-hunting internet cari model2 baju hamil multifungsi. Ada beberapa yang bagus. Cuma ya masalahnya, gue bingung mo beli dimana. Di galeria Matahari, baju-baju buat ibu hamil semuanya konvensional alias bener2 baju hamil. Beli dimana ya? ada yang tau ga? toko apa ya yang jual baju hamil lucu tapi ga mahal? ntar deh abis gajian, muter2 cari baju hamil. Mudah2an ada yang sesuai dengan keinginan.

Tuesday, April 15, 2008

Kemiskinan dan Individualisme


"Kemaren Gue maen ke kebon raya bogor ka."
"Naek apaan mba ke bogor?"
"Naek kereta dari stasiun Depok. Penuh banget. Pulangnya sampe ga dapet tempat duduk."
"Emangnya ga ada yang ngasih duduk mba? lu kan lagi hamil n bawa anak pula."
"Ga. Gau tau deh. Mungkin orang2 ga ngeliat gue lagi hamil. Lagian anak gue digendong bapaknya."



Ck..ck..ck, ke manakah rasa peduli dan kemanusiaan itu hilang. Masa ibu-ibu yang lagi hamil besar dibiarkan berdiri di dalam kereta yang penuh sesak selama lebih dari setengah jam. Gue pikir kejadian sama temen gue itu bukan yang pertama kali. Dulu, waktu jaman kuliah, gue sering ngeliat kejadian seperti itu. Dulu, gue pulang pergi naek kereta. Nah, karena jam kuliah gue bareng sama orang jam kantor, alhasil setiap brangkat ato pulang, gue selalu naek kereta yang super penuh. Kenapa gue bilang super? karena didalam kereta, kita dipadetin layaknya ikan sarden didalam kaleng. Bahkan sering tidak manusiawi. seringkali, gue harus berdiri dengan satu kaki secara kaki yang lain tidak menemukan tempat untuk berpijak. Parahnya, kadang badan gue sampe biru2 karena harus sikut2an sama orang ato kena besi karena kedempet.

Lantas, gue minta dikasih duduk? engga. Gue ngerasa masih mampu untuk berdiri dan berjuang mendapatkan tetes-tetes oksigen di dalam kereta. Cuma, gue sering liat ibu2 paruh baya bahkan nenek2 yang harus berjuang sama kayak gue. parah banget kan? Tidak ada seorang pun yang merelakan tempat duduknya untuk mereka. Para pria yang katanya lebih kuat secara fisik dibanding perempuan, hanya duduk sambil membaca koran ato tertidur dengan enaknya. Padahal didepan mereka banyak ibu-ibu n nenek-nenek yang mengap2 nyari oksigen.

Fenomena seperti itu tidak hanya terjadi di kereta ekonomi aja, di bus dalam kota kayak metromini, kopaja, patas, dll juga gue yakin sering terjadi. Bahkan, sekaliber busway yang sedikit 'elit' dibanding metromini, banyak ibu-ibu paruh baya, ibu-ibu bawa anak, ibu-ibu hamil yang mengeluh karena diharuskan berdiri selama kurang lebih sejam.

Katanya Indonesia negara yang santun . Menurut gue, santun itu berarti peduli kepada yang lebih lemah daripada kita. Secara umum, bukankah secara fisik pria lebih kuat dari wanita? trus kenapa mereka begitu egois hanya untuk merelakan kursinya kepada wanita. Kita bicara bukan hanya sembarang wanita, tapi wanita paruh baya, wanita tua, wanita yang bawa anak, dan wanita hamil.

Dulu, rasanya, budaya santun itu masih kental. tapi, sekarang kok rasa-rasanya semakin menghilang ya. Ternyata, menurut seorang ahli sosiologi yang gue lupa namanya, individualisme yang tinggi bisa ditimbulkan dari kemiskinan. Semakin miskin satu negara, semakin tinggi pula rasa individualistis penduduknya. Berarti, kalo gue mengambil kesimpulan, negara kita semakin hari semakin miskin ya? #%&*

Menurut ahli sosiologi tadi, di negara yang miskin, semua orang merasa paling susah, paling menderita. untuk mengulurkan tangan membantu orang lain terasa begitu berat. Semua orang merasa dirinya sudah menanggung beban yang begitu berat jadi buat apa menanggung beban orang lain. bahkan hanya untuk merelakan sebuah kursi di dalam transportasi umum. Ironis sekali. .. Mungkin perlu digalakkan lagi pelajaran PMP (pendidikan moral pancasila) dimana kita diajarkan untuk saling tolong-menolong dan saling membantu.




Monday, April 7, 2008

Ga napsu makan



Udah lebih kurang seminggu ini, suami ga napsu makan. Walah... bingung deh. padahal dia ngeluh sakit ulu hati mulu. Sebagai catatan, suamiku itu punya riwayat penyakit maag. Kalau ditanya mau makan apa, jawabnya selalu terserah, "lagi ga napsu makan nih," begitu katanya. Tiap pagi, aku selalu bikinin sarapan, dari mulai mie, nasi goreng ampe roti. Tapi makannya dikiiiiit banget. paling2 susu yang diabisin, kalo makanannya sih masih sisa banyak. Makan siang juga begitu, kadang suka dilewat begitu aja. Makan malam? lumayan sih. Tapi karebna sering telat makan, makanya sakit perut terus.


Trus, akhir2 ini juga dia sering murung. kurang semangat. kenapa ya? ga tau. kalo ditanya, jawabannya ga ada apa2, cuma cape. Well ya sudah, mau dipaksa cerita juga ga mungkin.


Alhasil, aku mencoba berbagai cara. Mulai dari ngajakin becanda sampe masak. Mungkin aja kan dia bosen ama masakan yang dibeli diluar. Tapi, yah karena masih amatir, masaknya juga yang gampang2 aja seperti telor, kornet, sarden, dll. Padahal, males banget masak dah cape. Yah, usaha biar suami mau makan. Hasilnya? zerooooo. Dia tetep aja kurang semangat n tidak napsu makan. Lagi mau nyoba beli vitamin penambah napsu makan. sapa tau berhasil. Soalnya, kalo hal ini didiemin, bisa2 dia tambah kurus. Gawat deh...

Sunday, April 6, 2008

Dede 18 Minggu


Nda terasa, dede dah 18 Minggu. Minggu kemaren sempet mengeluarkan flek coklat. Kaget banget, maklum pengalaman buruk kemaren juga kan diawali dengan flek. Tapi, alhamdulillah, semunya bae2 aja. Menurut dr.Didi, karena plasenta bayi terlalu dekat sama mulut rahim, jadi kalo ada tekanan dikit aja, mulut rahim gampang berdarah alias mengeluarkan flek (pendarahan minor). Apalagi, masih kata dr.Didi, kayaknya aku juga jarang minum jadi agak kekurangan cairan. Kayaknya dari dulu masalahnya itu melulu. Padahal, aku dah berusaha minum banyak. tapi, kayaknya masih kurang aja. heran.... yah, aku tambahin deh porsi minum air putihnya.


Alhamdulillah, dede ga papa. Dr.Didi ampe berkali-kali meriksa jantung dede, takut ada apa2nya. dia juga periksa lingkar kepala dede. "Biasanya kalo pendarahan minor berpengaruh sama janin, itu terlihat dari detak jantungnya yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dan pertumbuhannya (lingkar kepala)," begitu kata dr.Didi. Alhamdulillah, keduanya dalam batasan normal. Teliti banget periksanya. Hidup dr.Didi!!!


Trus, suami nanya soal USG 4 dimensi. Dia emang pengen banget anaknya di USG 4 dimensi gara2 tetangga yang lagi hamil 4 bulan juga di USG 4 dimensi, n keliatan jenis kelaminnya. Kata dr.Didi, kalo cuma mau liat jenis kelaminnya pake USG biasa juga bisa. Sayangnya, posisi dede waktu itu seperti org lagi sujud, jadi jenis kelaminnya kejepit alias ga keliatan. Untunglah, setelah beberapa menit dede berbalik. "Voila, tuh ada burungnya," kata dr.Didi. Jadi.... laki2. Insya Allah. Belum pasti juga sih sampe lahiran tapi Insya Allah dede laki2.

Menurut dr.Didi juga kalo mau USG 4 dimensi, mending nunggu 6 bulan aja. Sebab, kalo dah 24 minggu, wajah bayi dah keliatan mirip siapa. plus otot n daging bayi juga sudah terbentuk sempurna. Kalo masih 18 minggu, yang terlihat jelas baru tulang dan kulitnya. Jadi, keliatannya kurussss banget. O, iya, USG 4 dimensi juga bertujuan untuk memeriksa semua organ vital janin n memeriksa kalau2 ada kelainan (naudzubillah..). rencananya, dede bakal di USG 4 dimensi kalo dah 6 bulan. Moga2 semuanya sempurna. Aminnnnn....

Sekarang sih yang penting aku jaga diri, ulah gumijah teuing (terlalu lincah). n, yang penting jangan terlalu cape.