Sunday, November 25, 2007

Harinya ditinggal juga

"Dah nyampe Dubai. baru adzan subuh nih. nunggu tiga jam baru terbang ke Milan."

From: Mon Cher

"Alhamdulillah. Ya udah, sarapan dulu. Nanti kalo mo terbang lagi, kabarin ya."

Sent to: Mon Cher

Akhirnya Kang mas tercinta brangkat juga Ke Ferara. Hmm... such a long journey. Brangkat tanggal 24 Nov'07 pukul 21.45 WIB, nyampe hotel di Ferara tanggal 25 Nov'07 pukul 22.00 WIB (pukul 16.00 waktu Ferara). Fuihhhh... perjalanan 24 jam. Yang brangkat cape, yang nungguin kabar di rumah juga cape.

Wednesday, November 21, 2007

Mau ditinggal

sudah mendekati hari H kepergian suami ke Ferera, Italia. Sedih juga mo ditinggal jauh meski cuma tujuh hari.
Ini bukan pertama kalinya ditinggal suami keluar kota karena tuntutan pekerjaan. Biasanya sih biasa-biasa aja, tapi entah kenapa kali ini sedih banget. Mungkin karena jauh melintasi berbagai benua kali ya (sekaligus ngiri juga karena ga bisa ikut. hehe...). Dah seminggu ini persiapan keberangkatan ga selese-selese. N, karena di sana dah turun salju jadi tambah ribet deh persiapannya. Dari mulai nyari koper gede, overcoat, beli sepatu baru, baju baru, celana baru, syal, sarung tangan, sampai celana dalem. Tinggal nyari celana monyet penahan dingin nih yang blom ketemu.

Buat suamiku:
Mudah2an perjalanan AA lancar. Dimudahkan semua uruasan AA di sana sama Allah SWT. Jangan lupa makan yah. Kalo dingin pake semua persenjataan. n jangan lupa kirim kabar, melalui sms n email. Ika ga minta oleh2 hanya minta AA kembali tanpa kekurangan satu apapun. amin...

Dipijit

Kemaren gue akhirnya pergi ke tukang pijit di daerah Slipi. Kata temen gue sih, tukang pijit ini bisa mendetkasi kalo ada sesuatu yang salah dengan kandungan kita. Pergilah gue ke sana dengan niat berikhtiar. Gue tau semuanya memang berada di Tangan Allah SWT, tapi tidak ada salahnya berikhtiar kan?

Perjalanan ke sana sempet nyasar juga. Dengan hanya bermodalkan secarik kertas penunjuk arah tanpa alamat, akhirnya ketemu juga tempat praktek pijit Ibu Das. Rumahnya terletak di gang sempit gitu, terlihat kumuh tapi lumayan rame dikunjungi orang-orang yang ingin dipijit. Suami sempet ragu gitu tapi namanya juga ihktiar.

Setelah menunggu hampir 45 menit, akhirnya tiba giliran gue untuk masuk ke ruang praktek Ibu Das. Ibu Das orangnya paruh baya, pelit senyum dan memang agak kurang ramah. Pertama kali masuk, gue bingung mau ngomong apa. Biasanya kan ditanya ada keluhan apa, tapi Ibu Das hanya diem aja. Setelah tatapan selama 10 detik (yg buat gue lama banget), akhirnya ibu Das ngomong, "lagi haid ya mba? sini tiduran!" Gue hanya bisa ngangguk n mengikuti perintah dia. Setelah buka celana, perut gw dipijat juga. Sambil memijat, Ibu Das cuma ngomong, "Ini (rahim) mesti dibikin cakep dulu." "emang kenapa bu?" tanya gue. "engga, cuma turun doang" "ohhh," gue lega. Lantas ibu Das menerangkan sambil ngurut, kalo rahim gue gampang turun makanya udah mo 'jadi' trus luntur lagi. untuk itu, rahim gw mesti diperkuat dengan rutin dipijit. Ibu Das meminta gue dateng dua kali sebulan yakni, pada masa subur n hari kedua haid. selain turunnya rahim sih, kandungan gw sih oke2 aja. Alhamdulillah...

Sunday, November 18, 2007

Hari ini cape, lelah, ngantuk, pusing n mual
tanda-tanda apakah ini?
Pengen istirahat
Pengen tidak berpikir
Pengen tidak berharap

Thursday, November 15, 2007

Bertambahnya peran, bertambah pula tanggungjawab

"Ka, besok kita mo ngumpul2 nih. Bisa ikut ga?"
"hmmm... nda tau sih. liat nanti ya, kalo misua ga sibuk?"
"yang sibuk kan misua, bukannya elo. Lagian besok wiken."
"Kalo wiken, biasanya misua suka lembur, tugas keluar kota. Nah, biasanya gue disuruh nemenin. liat nanti ya.."
"elo pasti ngomongnya begitu. liat nanti tapi pasti ga dateng."
"aduh, maap. bukan karena daku tidak mau berkumpul dengan kalian. tapi gimnaaaa yaaaaa..."
"hmmm...."
"temans, gue jangan dibuang yaaaaaa... i'm still your friend kaannnn???"
"dibuang sih engga ka. Tapi, kita tau kok kalo elo sekarang bukan teman yang bisa diandalkan."
"yaaa... kok gituuuu. :("

Hiksss.... sedih sih denger temen sendiri bilang begitu. Tapi, mau gimana lagi. Sejak nikah, gue emang sekarang jarang ngumpul bersama mereka. Ada saja yang menghalangi. Kalo ga nemenin suami keluar kota, ya pulang ke rumah ortu ato ke rumah mertua. Selain itu, karena pada weekday gue jarang ngerjaian urusan rumah, biasanya pada hari sabtu-minggu gw banting tulang bersiin debu di rumah n wiken pun kalo lagi deadline, gue bawa pulang kerjaan. Nah, kalo gue jalan di wiken, bisa2 suami ga pake baju hari senennya atau gw disuruh ngadep ke asredpel. kasiannnn kaannnnn.

Yah, begitulah. kehidupan gue berubah total sejak menikah. single n merried adalah dua hal yang sangat berbeda, tidak hanya di luar tetapi juga di dalam. Misalnya, sekarang gue dah ga bisa hanya mikirin diri sendiri, semuanya berdua. Kalo mau keluar rumah pun, kalau bisa berdua. tapi, kalo ngumpul ama temen2 yg notabene cewe n masih single kan kayaknya gimaannnnaaa gitu kalo bawa misua. beda lagi kalo temen2 gue dah pada merried. itu terjadi di kantor. rata2 dah pada merried. jadi kalo ngumpul, ya bawa suami or istri n anak. jadi, ga jengah amat.

Setelah menikah, peran gue emang bertambah, yakni jadi istri seseorang. Dengan menjadi istri seseorang, secara otomatis peran dan tanggung jawab kita pun bertambah. Yang tadi hanya bertanggung jawab kepada diri kita sendiri dan orang tua, sekarang jadi banyak. Mari lihat satu-satu: Pertama, peran ibu rumah tangga yang harus membersihkan rumah, menyediakan makanan, menyiapkan pakaian bersih buat suami, dll. Kedua, peran seorang istri yang harus mendapingi suaminya termasuk dalam hal pekerjaan (nemenin keluar kota, ato nemenin ke rumah bos). Ketiga, peran seorang pegawai yang harus melaksanakan dan mengikuti aturan kantor. Keempat, peran seorang anak dan menantu yang harus mengujungi dan memperhatikan kebutuhan ortu dan mertua. Kelima, peran sebagai teman yang MESTINYA meluangkan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman. (gue blom dapet peran satu lagi, peran seorang ibu. insya Allah, segera. Aminnn...)

Dalam melaksanakan semua peran itu, otomatis dibutuhkan waktu dan tenaga. itu yang blom bisa gue cukupi. Waktu dan tenaga gue sangat-sangat terbatas, karena itu mesti ada salah satu atau salah dua yang harus di non prioritaskan. Dan, maap, teman-teman, peran sebagau seorang teman itu yang jatuh diurutan terbawah. Bukan berarti aku tidak mempedulikan kalian lagi, tapi untuk hadir secara fisik sangat sulit bagiku. Tapi, aku sangat care dengan kalian, aku masih ingin mendengar kabar dari kalian. Untuk itu, aku selalu berusaha tetap berhubungan baik lewat YM, email, or sms n telp. Mungkin semua itu memang blom cukup, tapi aku sangat membutuhkan pengertian dari kalian, temans. Aku harap kalian mengerti... u're still my bestfriend...'''








'




Wednesday, November 14, 2007

ibu rumah tangga dan wanita bekerja

"Ga bawa makan? kok beli mulu. Bawa dari rumah dong, masak sendiri. jadi ga boros. Ga pernah masakkin suami ya?"
"Gue kan bukan pegawai rumah tangga tapi seorang pegawai di kantor media massa"

Itu sepenggal obrolan gue sama rekan kerja yang berkelamin laki-laki di kantor. Sebel dengernya. Usil banget, so what kalo gue jarang masak di rumah. so what kalo gue ga pernah masakin suami. so what kalo gue boros. Suami gue aja ga pernah protes.

Sebetulnya, perdebatan antara ibu rumah tangga dan wanita bekerja sudah berlangsung lama dan akhirnya jadi klise. Kalo buat gue, ibu rumah tangga dan wanita bekerja sama-sama wanita karir. seorang ibu rumah tangga seperti halnya wanita bekerja sama-sama seorang karyawan. Hanya tempat bekerjanya saja yang beda. Siapa bilang jadi ibu rumah tangga engga cape, engga repot, engga banyak kerjaan. salah besar jika beranggapan begitu. Gue aja yang hanya jadi ibu rumah tangga pada saat wiken doang ngerasa kalo kerjaan di rumah itu jauh lebih berat daripada di kantor.

Menurut gue, seorang wanita menikah itu memang lebih baik bekerja. Selain dapat membantu perekonomian keluarga dan tidak terlalu bergantung pada penghasilan suami, bekerja adalah tempat kita mengaktualisasikan diri, menambah pengetahuan, serta bersosialisasi. Tapi, bukan berarti hanya menjadi ibu rumah tangga itu kuper dan bodoh. engga juga. Jadi ibu rumah tangga harus pinterlah, secara ngurus keuangan, anak, suami, dan rumah itu membutuhkan fungsi otak kiri dan kanan. Namun, Gue ngerasa wanita yang bekerja dan ketemu banyak orang dalam kegiatan bekerjanya pasti akan lebih luas dalam hal wawasan, pengetahuan dan pergaulan.

Menjadi wanita bekerja tidak bisa sekaligus menjadi ibu rumah tangga sejati (kecuali wanita itu bekerja sebagai PNS). Ada hal-hal yang mesti dikorbankan. Misalnya, tidak bisa full mengurusi suami dan anak. Karena sebagian besar dari waktunya dihabiskan di kantor. Dia tidak bisa setiap hari membersihkan rumah, dia tidak bisa memasak setiap hari dia tidak bisa menyuci dan menyetrika baju setiap hari. Gue ngerasain itu setiap hari. Terkadang, sebagai seorang wanita gue sedih juga ngeliat rumah berantakan, cucian numpuk, suami cuma makan masakan warung setiap hari (paling banter masak sarapan). Tapi, apa daya, gue dah cape di kantor, gue gak punya tenaga lagi buat jadi ibu rumah tangga. Gue juga ingin ngeliat rumah rapi dan bersih, memasak buat suami, menunggu suami pulang dengan keadaan bersih dan wangi (gak seperti sekarang. pulangnya barengan, sama-sama bau keringat). Nah, biasanya, kekurangan itu gue tebus di wiken.

"Tapi, kewajiban seorang istri 'kan melayani suami? " ujar seorang pria yang arogan. kalau begitu jangan biarkan istri bekerja. kalau soal kewajiban, kewajiban seorang suami memberi nafkah kepada keluarga, sedangkan istri hanya tinggal menadahkan tangan. Namun, pertanyaanya, apakah jika istri tidak bekerja semua kebutuhan rumah tangga sudah bisa tercukupi? Kayaknya dah ga jaman deh membeda-bedakan yang mana hak dan yang mana kewajiban dari seorang suami. Yang ada sekarang adalah bekerja sama dan saling membantu. Sang suami membantu kewajiban sang istri, sang istri membantu kewajiban sang suami.

Sebetulnya, memang benar kewajiban seorang istri itu melayani suami dan mengurus rumah. Itu sesuai dengan kodrat dan yang tertulis di Alquran (khususnya ttg melayani suami adalah ibabah). Bagi wanita bekerja, kita bisa memindahkan kewajiban itu dengan menggaji seorang pembantu. Dengan syarat, uang yang dikeluarkan untuk membayar pembantu berasal dari gaji kita. Jadi, sama-sama enakkan?

Ada seorang ibu yang bijak berkata pada anaknya,"Jika nanti kau punya istri. Dan, istrimu bekerja, jangan sekali-kali meminta dibuat kopi olehnya. Sebab, itu bukanlah pekerjaan dia. pekerjaan dia adalah seorang pegawai di kantornya."

Kalimat di atas sungguh mengajarkan agar seorang suami yang memiliki istri bekerja tidak boleh menuntut untuk dilayani 100% (gue pikir sih kalo cuma dibuatkan kopi, ga papa. hehe..). Seorang suami harus siap bahwa sang istri tidak bisa mengurusi 100%, tidak boleh berharap kalau pulang kerja makanan sudah tersedia di meja makan, tidak bisa menginginkan rumah bersih dan rapi setiap hari. Keuntungan yang diperolehnya, perekonomian keluarga bisa terbantu. Bukankah begitu?

Jadi, jangan sampe ada yang suami yang mengijinkan istrinya bekerja tapi meminta ia sekaligus berperan sebagai ibu rumah tangga. Itu sih namanya menindas. Dia pikir istrinya itu robot dan bukan manusia yang memiliki keterbatasan. Seharusnya, malah suami ikut membantu pekerjaan rumah. Hidup wanita bekerja!!!

Sunday, November 11, 2007

Busway N Macet

Hari-hari belakangan ini, kalau kita lihat program berita di tivi-tivi, terutama tivi Jakarta kayak O'Channel or JakTv, kita bakalan liat cerita tentang busway n macet.

Busway oh busway...
tranportasi yang katanya bebas macet, nyaman, aman dan murah ini
telah menuai berbagai macam kontroversi. Dari awal pembangunannya saja, sekitar tahun 2000, banyak sekali pro dan kontra. Ada yang menerima ada juga yang menolak dengan berbagai macam alasan. Namun, akhirnya proyek busway tetap berjalan.

Kini, pro dan kontra hilang seiring dengan berjalannya busway koridor I dan II dan III. Mau tidak mau, suka tidak suka, kehadiran busway memang sangat membantu bagi orang-orang yang berkantor di Sudirman, Thamrin, dan kawasan Kuningan. Ada beberapa alasan:
1. cepat. Ga perlu potong gaji karena terlambat
2. nyaman. Baju, sepatu, rambut masih tertata rapih. Bayangkan jika harus naek bis kota,
kita pasti ditumpuk kayak ikan sarden
3. Aman. Ga perlu takut sama copet

Alhasil, busway pun jadi transportasi idaman para pengantor. Tapi, kini busway kembali menuai kontoversi.
Pasalnya, terdapat pembangunan beberapa koridor secara bersamaan. Salah satunya di Metro pondok Indah (PI) dan Jl.Panjang. Akibatnya, jalan menyempit dan mengakibatkan kemacetan yang luar biasa, terutama pada office hour. Secara pribadi, gue sih setuju-setuju aja dibikin busway. Tapi, jangan semua jalan dibangun koridor busway dongggg. Di Jakarta, tidak semua jalan selebar jalan Thamrin or Sudirman. Tanpa ada pembangunan koridor pun, jalan Metro PI emang biangnya macet. Jalanan selebar kurang lebih 6 meter tidak mampu lagi menampung volume kendaraan yang memang tidak sedikit itu. Sekarang, jalan yang seharusnya mampu memuat 4 jalur itu dipotong menjadi 2 jalur. Akhirnya, banyak pengguna jalan yang males lewat situ, putar jalan ke arah Warung Buncit. Penumpukkan pun terjadi. Dari perempatan Cilandak hingga mampang prapatan macet cenderung parkir. Sampe-sampe motor pun ga bisa nyempal-nyempil. Begitu pula yang terjadi di Jalan Panjang, dan jalan-jalan lain yang dalam tahap pembangunan koridor busway. Karena jalan biasa macet, jalan tol pun ikut-ikutan macet.

Menurut gue sih, kalo jalan sempit yah jangan dibangun busway gitu loohhh. Lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Sampai harus ngebabat daerah hijau segala. Kalo untuk central-central bisnis distrik seperti Sudirman, Thamrin, Kuningan, kehadiran busway memang sangat bermanfaat. Tapi, untuk daerah pemukiman kayaknya ga perlu. Apalagi seperti PI, yang penduduknya notabene punya mobil. Ga perlu kaleee ada busway. Kalo ada yang bilang, kita perlu transportasi murah, masih banyak angkot n bis kota yang berseliweran. Kasian, kalo semua trayek diganti busway. Para supir n kernet angkot n bis kota dapet uang dari mana. Bisa-bisa pemasukan mereka berkurang benyak karena terkalahkan keperkasaan busway.
Dalih bapak Gubernur, kalo ga ada busway, jakarta bakal macet total pada 2014.
Tapi, apakah busway merupakan solusinya? kalau gue pikir sih engga. Memang benar harus diciptakan sebuah transportasi umum yang cepat, nyaman dan aman. Sehingga masyarakat lebih prefer menggunakan trasportasi umum dibanding mobil pribadi. Tapi, saat ini masyarakat jakarta belom siap. MAsih banyak orang yang lebih suka memakai mobil pribadi. Alasannya sederhana, pakai mobil lebih nyaman. Apalagi kalo kena macet. Menikmati udara sejuk dari AC mobil menjadi satu-satunya pilihan. Meski ada busway sejak 5-6 tahun lalu, volume kendaraan di Jakarta malah semakin meningkat setiap tahun. Jadi, masalahnya bukan di transportasi umum.



Pertama, kepemilikan mobil harus dibatasi, entah bagaimana caranya. Ga mungkin sih, tidak boleh ada penjualan mobil. Mungkin, satu rumah bisa dibatasi dengan hanya memiliki satu mobil saja. Atau, mobil jangan dipakai pada weekday, hanya pada weekend atau pada saat keluar kota saja. Pada weekday orang2 diharuskan naek tranportasi umum spt busway.
Kedua, tertibkan angkot dan bis kota. Jangan menurunkan dan menaikkan penumpang di sembarang tempat. Tidak boleh ngetem sembarangan. Bis atau angkot hanya boleh berhenti di tempat yang sudah disediakan. Misalnya Halte. Penumpang juga tidak boleh nyetop sembarangan. Mereka harus terlebih dulu ke halte. Kalau haltenya agak jauh, yah jalan aja sedikit. itung-itung olehraga. Daripada bikin koridor busway lebih murah bangun halte deh kayaknya. Hal itu juga bisa mengajarkan masyarakat untuk disiplin. kalau ada yang langgar, mesti disangsi.
Ketiga, berilah teladan kepada masyarakat. Coba sekali-kali Fauzi Bowo dkk naek transportasi umum (busway) dari rumah ke kantor. Jangan hanya berkoar-koar meminta masyarakat meninggalkan mobil pribadi, sementara dirinya dan beberapa pejabat daerah enak-enakan naek mobil mewah. Kalau disurvey, banyak orang yang berkeluh kesah soal pembangunan busway ini. Kalopun ada yang setuju, gue pikir itu sih pendukungnya Fauzi Bowo. Hehe...
Kalau Fauzi Bowo bilang, ini semua demi masyarakat Jakarta. Tanya dong, masyarakat jakarta setuju ato engga. Kalo banyak yang ga setuju, lantas dia bangun (busway) buat siapa. Bukankah, Fauzi Bowo dipilih untuk mengabdi pada masyarakat. Kalau begini masyarakat mana yang diabdinya?

Jadi, mending kaji ulang kebijakan pembangunan busway. Cari solusi lain. Setidaknya, bikinlah survey dulu untuk mengetahui keinginan masyarakat Jakarta. Betulkah mereka membutuhkan busway hingga ke pelosok-pelosok perumahan? gue pikir koridor yang sekarang sudah cukup.