Wednesday, January 23, 2008

Liputan ke Rumah Keramik F.Widayanto


Bulan lalu dapet tugas menulis tentang Rumah Keramik F.Widayanto di daerh Ciganjur- Depok. Rumah plus Galeri n tempat wisata ini yang dibangun sang maestro keramik Indonesia ini sangat unik. siapa pun yang pernah berkunjung ke sana, pasti akan sangat terkesan.


Setelah membayar Rp5000 per orang, pengunjung langsung diperbolehkan untuk berkeliling di Rumah Keramik. Hal pertama yang bisa dilihat adalah pintu gerbang yang berpilar batu kali. Pintu itu sudah mencerminkan kalau si empunya pasti seseorang yang unik. Di sebalah kanan pintu gerbang, terdapat galeri keramik, di sebelah kirinya adalah workshop alias bengkel keramik, dan di depan mata terdapat restoran dengan gaya rumah joglo. Sejauh mata memandang, hanya hamparan rumput hijau dihiasi taman nan cantik. Pengunjung bisa menapaki batu yang dihiasi keramik kupu-kupu beraneka warna.


Di dalam galeri keramik, terlihat deretan karya F.Widayanto, seperti gelas, kalung, kap lampu, hiasan dinding dan piring. Memang, galeri itu tidak selengkap galeri F.Widayanto lain yang tersebar di Jakarta (Setiabudi, Panglima Polin dan Kelapa Gading). Tapi, cukuplah bagi yang sekadar ingin memiliki satu atau dua karya pria lulusan Seni Rupa ITB itu.


Untuk sampai di bengkel keramik, pengunjung harus melewati areal restoran, kemudian manaiki tangga batu. Terdengar suara gemericik air. Ah, rupanya di bawah tangga mengalir sungai kecil. Di bengkel, beberapa pemandu memberikan informasi mengenai asal tanah liat, cara pembuatan keramik, proses pewarnaan dan pembakaran. Tampak di sana, satu keluarga tengah asyik mencetak tanah lempung untuk dibuat aneka macam bentuk keramik. Anak-anak tampak menikmati sekali ‘prakarya’ baru mereka.

Untuk bermain keramik, pengunjung dibebankan Rp50.000 untuk segepok tanah liat. Di sana, mereka diberikan dua pilihan pembuatan keramik, yakni dengan cetakan sehingga tanah liat tidak perlu dibentuk lagi, atau tanah liat dibentuk sendiri sehingga dapat memunculkan kreativitas. Setelah melalui proses pewarnaan dan pembakaran yang akan dilakukan oleh karyawan Rumah Keramik, biasanya hasil cetakan bisa diambil dalam waktu dua minggu.

Puas di bengkel, pengunjung bisa meneruskan perjalanan dengan melihat-lihat rumah utama. Menurut pemandu, rumah itu adalah rumah singgah F.Widayanto ketika berkunjung ke Tanah Baru. Maklum, beliau memang memiliki banyak rumah, seperti di Setiabudi dan Tapos.

Ketika melangkahkan kaki ke dalam rumah, nuansa etnik Jawa terasa kental. Dari mulai bentuk disainnya yang khas, langit-langit yang tinggi, furniturnya yang serba Jawa, sampai patung-patung keramik khas F.Widayanto yang mengambil tema dari mitologi Jawa. Tidak ketinggalan lukisan-lukisan yang juga merupakan karya pria yang mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan keramik Indonesia itu. Dengan tambahan detail disetiap sudut ruangan, membuat rumah utama terkesan sangat artistik.

F.Widayanto sengaja menghadirkan alam ke dalam rumahnya. Langit-langit sengaja dibuat tinggi untuk mengakomodir udara tropis yang panas dan lembab. Pintu dan jendela dibuat berukuran besar, sehingga mata bisa leluasa memandang hijaunya rerumputan dan pepohonan. Atap kamar mandi dibiarkan terbuka supaya bisa menikmati kicauan burung, pucuk pohon dan suara gemercik air sungai. Berbagai pernak-pernik rumah bertemakan alam, seperti benda-benda yang berasal dari kayu dan elemen hias keramik yang berbentuk daun, tangkai atau binatang sekitar rumah.


Selain itu, ia juga memberikan aksen alam dengan rangkaian tangkai dan dau pohon rotan, jali dan rumput-rumput gajah. Yanto memang tuntas membangun harmoni dengan alam.
Beberapa karyawan siap menjamu dengan berbagai informasi mengenai rumah utama tersebut. Kami lantas beranjak ke teras. Pemandangan di depan teras sungguh menyejukkan. Hamparan rumput dan taman serta beberapa rumah panggung kayu yang beratapkan kayu dan ilalang. Rumah-rumah panggung itu disewakan kepada pengunjung yang ingin keluar dari rutinitas kehidupan perkotaan.

Setelah cape menikmati keunikan rumah unik ini, pengunjung bisa melepas lelah sambil menikmati hidangan tradisional di restoran. Berbagai menu tradisional seperti sayur asam, sayur lodeh, tumis jantung pisang ditemani sambal tomat hijau siap mengisi perut. Dengan menggunakan peralatan makan dari keramik yang indah, pengunjung betul-betul dimanjakan karya seni bercita rasa dari seorang keramikus bertaraf internasional.

1 comment:

christi said...

wah bu ga ngajak2 ke rmh bung yanto (sok akrab bener panggil bang..!)kan keren2 tuh koleksi keramik en rumahnya...