Tuesday, April 15, 2008

Kemiskinan dan Individualisme


"Kemaren Gue maen ke kebon raya bogor ka."
"Naek apaan mba ke bogor?"
"Naek kereta dari stasiun Depok. Penuh banget. Pulangnya sampe ga dapet tempat duduk."
"Emangnya ga ada yang ngasih duduk mba? lu kan lagi hamil n bawa anak pula."
"Ga. Gau tau deh. Mungkin orang2 ga ngeliat gue lagi hamil. Lagian anak gue digendong bapaknya."



Ck..ck..ck, ke manakah rasa peduli dan kemanusiaan itu hilang. Masa ibu-ibu yang lagi hamil besar dibiarkan berdiri di dalam kereta yang penuh sesak selama lebih dari setengah jam. Gue pikir kejadian sama temen gue itu bukan yang pertama kali. Dulu, waktu jaman kuliah, gue sering ngeliat kejadian seperti itu. Dulu, gue pulang pergi naek kereta. Nah, karena jam kuliah gue bareng sama orang jam kantor, alhasil setiap brangkat ato pulang, gue selalu naek kereta yang super penuh. Kenapa gue bilang super? karena didalam kereta, kita dipadetin layaknya ikan sarden didalam kaleng. Bahkan sering tidak manusiawi. seringkali, gue harus berdiri dengan satu kaki secara kaki yang lain tidak menemukan tempat untuk berpijak. Parahnya, kadang badan gue sampe biru2 karena harus sikut2an sama orang ato kena besi karena kedempet.

Lantas, gue minta dikasih duduk? engga. Gue ngerasa masih mampu untuk berdiri dan berjuang mendapatkan tetes-tetes oksigen di dalam kereta. Cuma, gue sering liat ibu2 paruh baya bahkan nenek2 yang harus berjuang sama kayak gue. parah banget kan? Tidak ada seorang pun yang merelakan tempat duduknya untuk mereka. Para pria yang katanya lebih kuat secara fisik dibanding perempuan, hanya duduk sambil membaca koran ato tertidur dengan enaknya. Padahal didepan mereka banyak ibu-ibu n nenek-nenek yang mengap2 nyari oksigen.

Fenomena seperti itu tidak hanya terjadi di kereta ekonomi aja, di bus dalam kota kayak metromini, kopaja, patas, dll juga gue yakin sering terjadi. Bahkan, sekaliber busway yang sedikit 'elit' dibanding metromini, banyak ibu-ibu paruh baya, ibu-ibu bawa anak, ibu-ibu hamil yang mengeluh karena diharuskan berdiri selama kurang lebih sejam.

Katanya Indonesia negara yang santun . Menurut gue, santun itu berarti peduli kepada yang lebih lemah daripada kita. Secara umum, bukankah secara fisik pria lebih kuat dari wanita? trus kenapa mereka begitu egois hanya untuk merelakan kursinya kepada wanita. Kita bicara bukan hanya sembarang wanita, tapi wanita paruh baya, wanita tua, wanita yang bawa anak, dan wanita hamil.

Dulu, rasanya, budaya santun itu masih kental. tapi, sekarang kok rasa-rasanya semakin menghilang ya. Ternyata, menurut seorang ahli sosiologi yang gue lupa namanya, individualisme yang tinggi bisa ditimbulkan dari kemiskinan. Semakin miskin satu negara, semakin tinggi pula rasa individualistis penduduknya. Berarti, kalo gue mengambil kesimpulan, negara kita semakin hari semakin miskin ya? #%&*

Menurut ahli sosiologi tadi, di negara yang miskin, semua orang merasa paling susah, paling menderita. untuk mengulurkan tangan membantu orang lain terasa begitu berat. Semua orang merasa dirinya sudah menanggung beban yang begitu berat jadi buat apa menanggung beban orang lain. bahkan hanya untuk merelakan sebuah kursi di dalam transportasi umum. Ironis sekali. .. Mungkin perlu digalakkan lagi pelajaran PMP (pendidikan moral pancasila) dimana kita diajarkan untuk saling tolong-menolong dan saling membantu.




1 comment:

christi said...

bener deh..i jg pas hamil ga ada yg pduli mo di bis transjkt, kopaja, mtro mini..kalo udh ga dpt jth ya udh...egp mo lg hml or ga..ck ck ck..